INTRO
Beberapa minggu
belakangan ini, masyarakat RI kembali di rasukin rasa ‘kepanikan’ dengan wacana
pemerintahan RI baru (Kabinet Kerja) akan menaikkan harga BBM bersubsidi. Wacana
‘rutin’ ini kemungkinan akan dipastikan di ambil pemerintah karena mengalami
defisit anggaran (katanya sih begitu), dan juga jumlah pasokan BBM bersubsidi
tidak akan tercukupi hingga akhir tahun 2014 ini. Sehingga wacana ini kembali
digulirkan kembali, meskipun harga minya dunia mengalami PENURUNAN. Dan
pemerintahan terbaru ini adalah dari ‘kelompok’ yang dahulunya (setidaknya
dalam 10 thn terakhir) selalu di barisan terdepan MENOLAK jika pemerintahan
terdahulu akan menggulirkan wacana kenaikkan harga BBM. Dan sekarang mereka
tetap di garda terdepan, namun pada garda/barisan yang ingin menaikkan harga
BBM.
Tiap kali pemegang
kekuasaan mewacanakan kenaikkan harga BBM, pasti akan menuai pro-kontra. Dan
ketika keputusan sudah diambil untuk menaikkan harga BBM, maka dapat dipastikan
akan berdampak kepada harga di seluruh sektor lainnya yang kita ibaratkan ‘efek
bola salju’. Pergerakan harga BBM merupakan ‘magnet’ tersendiri bagi
perekonomian di negeri ini, bahkan belum ‘ketok palu’ tentang kenaikkan harga
BBM saja harga-harga di sektor lain sudah mengalami kenaikkan (terutama harga
kebutuhan pokok). Kekuatan magnet lainnya adalah pemerintah harus mensubsidi
harga BBM tiap tahunnya lebih dari 200T (subsidi BBM 2013 mencapai 223T),
artinya pemerintah harus mengeluarkan sekitar 12% dari APBN tiap tahunnya (Sumber:
finance.detik.com APBN RI 2013 1.683T, sedangkan penerimaan APBN 2013 1.525T)
hanya untuk mensubsidi harga BBM. Maka tidak heran hampir tiap tahun pula APBN
mengalami defisit anggaran, tahun 2013 saja negara ini defisit anggaran lebih
dari 150T.
Atas dasar itu kenapa
pemerintahan yang baru ini, mewacanakan menaikkan harga BBM bersubsidi. Yang
menjadi pertanyaan saya adalah kenapa sampai saat ini belum ada ‘jurus jitu’ untuk mengatasi
masalah kenaikkan harga BBM. Karena dampak yang ditimbulkan dari kenaikkan
harga BBM di negara ini sangatlah ‘luar biasa’ efeknya, selain dampaknya kepada
harga di sektor lain secara tidak langsung akan berdampak pada peningkatan
jumlah warga miskin, pengangguran, kejahatan/kriminal, dll.
Efek negatif (efek
samping yang maha dahsyat) yang ditimbulkan oleh kenaikkan harga BBM:
1. Jumlah warga miskin akan bertambah ketika pemerintah
menaikkan harga BBM, kenapa bisa begitu padahalkan setiap pemerintah menaikkan
harga BBM maka pemerintah memberikan bantuan kepada warga miskin. Kenapa hal
ini bisa terjadi? Seperti yang telah saya jabarkan di atas, ketika pemerintah
menaikkan harga BBM maka hampir dipastikan seluruh sektor mengalami kenaikkan
harga pula terutama harga kebutuhan’perut’ (sembako). Jadi sebenarnya meskipun
pemerintah melakukan ‘usaha’ membantu rakyat dengan cara memberikan bantuan
uang tunai (ntah apapun itu namanya, BLT tah, BLSM tah, Kartu Indonesia
Sejahtera lah, dll), bisa dikatakan merupakan ‘hal mubazir’. Kenapa mubazir,
percuma saja rakyat di beri uang tunai sebesar 300-400rb namun harga kebutuhan
pokok pada saat itu juga mengalami kenaikkan harga. Untuk kebutuhan membeli
sembako menghabiskan minimal Rp. 30.000-Rp. 40.000/hari/keluarga (3-4 org).
Artinya uang bantuan yang hanya 300-400rb hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan
pokok selama 10 hari saja.
2. Pasca kenaikkan harga BBM maka dapat dipastikan jumlah
angka pengangguran akan meningkat. Peningkatan jumlah pengangguran disebabkan
akan ada banyak orang yang sudah bekerja (terutama bagi pekerja buruh) di
perusahaan akan mengalami pemutusan masa kerja, hal ini dapat dipastikan
terjadi. Karena dengan kenaikkan harga BBM, hampir dipastikan para pekerja akan
meminta kenaikkan gaji pula. Namun masalah lain yang datang adalah apakah para
pemilik perusahaan mau menaikkan gaji para pekerjanya, ini bagi mereka sudah
jatuh tertimpa tangga pula. Dengan kenaikkan harga BBM, maka secara langsung
akan menaikkan juga biaya produksi. Ditambah dengan desakan para pekerjanya
untuk menaikkan gaji mereka, maka dari itu berita pemutusan kerja (PHK) secara
besar-besaran akan terjadi.
3. Tingkat kejahatan/kriminalitas meningkat pula. Hal
negatif ini terjadi dikarenakan dampak dari tingkat pengangguran yang
bertambah, sebagaimana alasan di atas (dampak no.2). Seperti yang kita ketahui
bersama, banyak alasan para tindak kriminal melakukan kejahatan. Tidak adanya
pekerjaan tetap (tidak berpenghasilan), susahnya mencari pekerjaan, sedangkan
mereka memerlukan kebutuhan hajat yang tidak dapat ditunda (mengisi
perut/makan).
4. Dan masih banyak dampak ‘turunan’ negatif yang
ditimbulkan oleh kenaikkan harga BBM ini.
ULASAN
Tidak etis jika saya memberi
tanggapan/berkomentar ‘negatif’, namun tidak memberikan solusi/masukan yang
mungkin lebih baik (menurut saya). Disini saya akan memberikan ‘saran’ atau
masukan dalam ‘menanganai dilema’ permasalahan tentang harga BBM.
Bagi saya, solusinya
cukup 1 cara saja yang harus dilakukan yaitu: SUBSIDI UNTUK BBM ‘DICABUT/DIHAPUS’ oleh pemerintah (pasti banyak
yang gak sepakat, eits tapi tunggu dulu simak dulu ulasan selengkapnya J ). Kenapa, karena subsidi BBM menurut saya adalah ‘akar
permasalahannya’. Bagaikan penyakit, kalo gak dicabut/dihilangkan penyebab
asalnya maka tidak akan sembuh. Belum lagi jika sang dokter (pemerintah)
memberikan resep obat yang asal-asalan (bantuan BLT cs), itu sama aja sang
dokter hanya memberikan obat rasa penghilang rasa sakit saja. Namun bukan
memberikan obat yang benar-benar untuk mengobati penyakit yang diderita.
(semoga analogi yang saya berikan dapat ‘dicerna’ oleh pembaca).
Alasan lain kenapa saya
katakan subsidi BBM merupakan sumber/biang permasalahnnya adalah tidak tepatnya
tujuan yang diharapkan dari subsidi BBM. Harapan dari subsidi BBM adalah
meringankan beban rakyat miskin/kurang mampu. Namun kalo yang saya amati,
tujuan/sasaran dari subsidi BBM tidak tepat sasaran. Seperti yang kita ketahui
bersama subsidi BBM lebih banyak menguntungkan orang-orang kaya, mereka-mereka
itulah yang banyak menikmatinya. Belum lagi dengan adanya subsidi BBM ini,
seperti ‘memberikan angin segar’ kepada pemilik Lihat berapa banyak kendaraan
pribadi yang melintas di jalan-jalan dibandingkan angkutan umum, lihat dampak
lain yang diakibatkannya yaitu KEMACETAN.
Setelah mencabut subsidi
BBM terus bagaimana lagi langkahnya, uang subsidinya mau digunakan apa? Pasti
itu pertanyaan para pembaca sekalian. Ok, akan saya bahas lebih lanjutnya. Jadi
setelah subsidi BBM dicabut, maka uang dari subsidi dialihkan untuk mensubsidi
kebutuhan pokok dan angkutan umum.
Alasannya kenapa:
Alasannya kenapa:
1. Dengan pencabutan subsidi harga BBM, maka orang-orang
‘yang mampulah’ yang sanggup memiliki kendaraan pribadi. Karena sebelum membeli
kendaraan pribadi, maka mereka akan lebih rinci dan telah mempersiapkan
perhitungan biaya perjalanannya (BBM).
2. Dengan begitu jumlah kendaraan pribadi yang ada dijalan
akan berkurang cukup drastis, akhirnya ‘masalah klasik’ (terutama yang terjadi
di kota besar) yang bernama Kemacetan akan berkurang.
3. Dana subsidi yang awalnya dialokasikan untuk BBM
dialihkan kepada subsidi di sektor pertanian (kebutuhan pokok) dan transportasi
umum untuk ‘menghambat’ laju kenaikkan di sektor pokok.
4. Subsidi pengalihan yang diberikan kepada kebutuhan pokok
berupa subsidi pupuk, benih, dan pemerintah yang langsung membeli hasil
produksi pertanian di petani (istilahnya jemput bola). Sehingga ‘cukong-cukong’
pertanian dapat dihilangkan dan petani tidak pusing untuk memasarkan hasil
pertanian serta tidak mengeluarkan biaya tambahan untuk transportasi pengiriman
hasil pertanian karena biaya pengangkutan ditanggung oleh pemerintah sebagai
pembeli.
5. Selain itu pengalihan subsidi BBM untuk sektor
transportasi umum. Jadi pemerintah subsidi untuk BBM bagi angkutan umum,
sehingga ketika subsidi BBM dicabut tidak berdampak bagi tarif angkutan umum.
Selain itu juga pemerintah harus menambah jumlah armada angkutan umum, dan
melakukan perbaikan serta pemeliharaan secara rutin/berkala bagi transportasi
yang ada. Dengan begitu masyarakat akan ‘secara sukarela’ meninggalkan
kendaraan pribadinya dan beralih ke transportasi massal.
Intinya Cabut BBM bersubsidi, dan alihkan dana subsidi untuk ‘menghambat’ laju efek bola salju yang akan terjadi terutama di sektor kebutuhan pokok dan transportasi massal.
SIMPULAN
1. Subsidi BBM merupakan ‘akar’ permasalahan, yang berdampak
pada permasalahan lainnya (efek bola salju).
2. Subsidi BBM langkah yang tidak tepat sasaran
3. HAPUS/CABUT
SUBSIDI BBM
4. Alihkan subsidi BBM untuk 2 sektor ‘kunci’ untuk
menghambat permasalahan lainnya yaitu: sektor kebutuhan pokok dan sektor angkutan
umum (transportasi)
Oleh: Enky Alvenher
Ijin Re-Blog gaaan :)
BalasHapusDengan senang hati bro @mirza :)
Hapus