Kamis, 10 Oktober 2013

ALLAH Mengangkat Si Lemah Sehingga Si Kuat Mengaguminya



Saya akan menuliskan sebuah kisah yang saya baca dari Buku “Sudah Muliakah Akhlak Anda?” oleh Ali Shalih Al Hazza’ yang berjudul “ALLAH Mengangkat Si Lemah Sehingga Si Kuat Mengaguminya.“ Langsung saja ke ceritanya, semoga bermanfaat dan kita bisa mengambil hikmahnya.

Syaikh Abu Bakar Ad-Dharir berkata, “Bapakku termasuk orang yang miskin. Dia berdagang bejana dari tanah liat. Aku mempunyai kakak perempuan, dan aku sendiri buta.”

Suatu malam aku terbangun, aku mendengar bapakku berkata kepada ibu,”Aku sudah tua, kamu juga. Kamu tua dan lemah. Apa yang jauh dari kita telah dekat.” Kemudian bapak bersyair, ”Sesungguhnya seseorang telah berjalan selama lima puluh tahun, itu berarti dia telah mendekati sumur kematiannya.”

Bapak melanjutkan, “Anak perempuan itu, dia hidup sehat dan bisa membantu orang-orang. Tetapi bocah laki-laki ini, dia buta, seperti seonggok daging. Kira-kira apa yang bisa dilakukannya?” kemudian keduanya menagis. Keduanya terus menangis pada malam itu, cukup lama. Hatiku pun bersedih.

Pagi hari, seperti biasa aku pergi belajar. Tidak lama berselang seorang pesuruh khalifah datang dan berkata kepada ustadzku, “Ibu khlifah1 menyampaikan salam kepada ustadz. Dia berkata bahwa bulan Ramadhan telah tiba. Dia menginginkan seorang bocah laki-laki yang belum baligh, bacaannya bagus, dan suaranya merdu, sebagai imam shalat tarawih.”

Ustadz menjawab,”Bocah seperti itu ada pada kami, tapi dia buta.”Kemudian ustadz memintaku pergi bersamanya. Utusan itu menuntunku. Kami berjalan hingga kami sampai di rumah yang dituju. Dia meminta izin, maka ibu khalifah memberi izin kepadaku untuk masuk. Aku masuk dan memberi salam. Aku mulai membaca. Ketika aku membaca, “Bismillahir rahmanir rahim.” Ibu menangis. Aku meneruskan bacaan, dan tangisannya bertambah.

Dia berkata,”Aku belum pernah sekalipun mendengar bacaan seperti ini.” Hatiku tersentuh, aku pun menangis. Dia bertanya mengapa aku menangis. Aku lalu bercerita tentang apa yang aku dengar dari bapakku. Ibu khalifah berkata kepadaku, “Wahai anakku, kamu akan mendapatkan apa yang tidak disangka-sangka oleh bapakmu.”

Ibu khalifah memberiku seribu dinar, dan dia berkata,”Ini untuk modal dagang bapakmu dan untuk menyiapkan (pernikahan) kakak perempuanmu. Aku telah memerintahkan gaji untukmu tigapuluh dinar setiap bulan.

Di samping itu, ibu khalifah memberiku pakaian dan kendaraan yang bagus dengan pelana yang berhias. “Begitulah, Allah berbuat untuk si lemah sehingga si kuat mengaguminya.”

Subhanallah, jadi hikmah yang dapat kita ambil dari kisah tersebut adalah. “Janganlah kita berburuk sangka dan berkecil hati dengan kekurangan yang ada pada diri kita, karena ALLAH mempunyai cara-NYA untuk mengangkat kelemahan itu menjadi kelebihan yang tidak kita sangka-sangka.”

Selasa, 08 Oktober 2013

Sebuah Pelajaran dari Kehidupan



Saya akan menuliskan sebuah kisah yang saya baca dari Buku “Sudah Muliakah Akhlak Anda?” oleh Ali Shalih Al Hazza’. Langsung saja ke ceritanya, semoga bermanfaat dan kita bisa mengambil hikmahnya.

Abu Hasan bin Ali Said1 berkata, “Dikisahkan bahwa seorang laki-laki bijak mempunyai seorang anak. Suatu hari anaknya berkata kepadanya, “Bapak, mengapa orang-orang suka mengkritikmu dalam banyak hal yang engkau lakukan. Kenapa engkau tidak berusaha menjauhinya supaya bisa bebas dari kritikan mereka?”

Si Bapak menjawab, “Wahai anakku, kamu masih muda dan belum berpengalaman. Mencaari kerelaan semua manusia adalah angan-angan yang mustahil. Aku akan tunjukkan kepadamu buktinya.”

Lalu bapak itu mengeluarkan seekor keledai dan berkata kepada anaknya, “Naiklah, aku akan mengikutimu dengan berjalan kaki.” Ketika keduanya berjalan, ada seorang laki-laki yang berkomentar, “Lihat, dasar anak tidak beradab. Dia naik, sementara bapaknya berjalan kaki. 
Lihat betapa bodoh bapaknya. Dia membiarkan anaknya melakukan hal itu.”

Si Bapak berkata, “Sekarang kamu turun dan berjalanlah dibelakangku. Aku akan menaiki keledai ini.” Lalu seorang berkomentar, Lihatlah orang itu, benar-benar tidak menyayangi anaknya. Dia naik dan membiarkan anaknya berjalan.”

Si Bapak berkata, “Kita naik berdua, anakku.” Lalu seseorang berkomentar, “Semoga Allahnmenyusahkan keduanya. Lihat bagaimana keduanya menunggangi keledai sekaligus. Mestinya satu saja sudah cukup”

Si Bapak berkata, “Kita turun.” Lalu keduanya membiarkan keledai di depan tanpa ada yang menungganginya. Seseorang berkomentar, “Semoga Allah tidak meringkan keduanya. Bagaimana keduanya membiarkan keledai berjalan tanpa ditunggangi sementara keduanya berjalan dibelakangnya.”

Si Bapak berkata, “Anakku, kamu telah mendengar ucapan mereka. Dan kamuu tahu bahwa tidak ada seorang pun yang selamat dari kritik orang dalam kondisi apapun.”

Demikianlah kisahnya, sungguh mengesankan bukan. Penulis dapat menyimpulkan dari kisah tersebut, “Setiap tingkah laku yang dikerjakan oleh manusia tidak luput dari kritik dari orang lain,meskipun hal yang kita kerjakan itu adalah hal yang terbaik Menurut kita.”
 

1) Abu Hasan bin Ali Said, penulis buku Al-Maghrib Fi Mahasinil Maghrib, buku sejarah yang dimulai pada tahun 530 H sampai tahun 641 H.