Jumat, 04 September 2015

Logika Macam Apa Ini???



-Idola dulu: (Mei 2014) saya tegaskan kalo kita koalisi parpol tanpa syarat, gak ada transaksional jabatan menteri. (Muka tegas)
-Pendukung: nah ini dia yg kita cari, berani gak kolusi. (Muka yakin)
-Idola sekarang: (oktober 2014) dari 34 menteri, 16nya berasal dari parpol dan 18nya dari profesional. (Cengengesan)
-Pendukung: namanya politik mana ada yg gratisan, hitung2 ucapan makasih. Kan masih banyakkan profesional juga toh. (Muka masem)

-Idola dulu: (Mei 2014) kalo saya jadi, saya akan bentuk kabinet yg ramping. (Muka yakin)
-Pendukung: bener ini, selama ini isi kabinet kebanyakkan nih. Ngabisin APBN aja buat bayar gaji menteri, penghematan. (Muka terkejut)
-Idola sekarang: (Oktober 2014) saya pastikan jumlah menteri/kabinet sama dengan sebelumnya, tapi pengurangannya di wakil menteri. (Muka nyengir)
-Pendukung: kerjaan negara ini banyak coy, masa iya menterinya sedikit. Kasian beliau kerjanya nanti.

-Idola dulu: (Juni 2014) jadi saya kasih tau bapak, bahwa kepanjangan dari TPID adalah Tim Pengendalian Inflasi Daerah.
-Pendukung: hahaha, masa mau jadi pemimpin negara ini gak tau kepanjangan TPID (padahal baru tau juga). Gimana mau memimpin negara ini, jadi org no.1 itu banyak banget loh. Kalo mau jadi pemimpin negara itu Semua harus tau, mantap nih idola gua. (Muka songong)
-Idola sekarang: (April 2015) saya gak baca itu keppres isinya apa, bukan urusan saya.
-Pendukung: aneh juga kalian ini, masa apa-apa presiden sih yg harus tau dan cek satu per satu. Alangkah banyaknya kerjaan beliau kalo harus tau semua, mikir. (Muka tambah songong)

-Idola dulu: (Juni 2014) kalo saya 'jadi', saya tidak akan naikkan harga BBM. Karena akan menambah beban masyarakat. (Senyum meyakinkan)
-Pendukung: bapak oh bapak... (Terharu sampai speechless)
-Idola sekarang: (November 2014) subsidi BBM kok rasanya hanya digunakan org mampu, tidak tepat sasaran. Bakar uang saja, kita naekkan harga BBM. (Wajah meyakinkan)
-Pendukung: iya juga ya kok gak kepikiran yah (bapak jenius), selama ini subsidi BBM tidak tepat sasaran yang nikmati org kaya. Kita rela kok pak, toh beli rokok yg belasan ribu mampu ini cuma naek 2rb masa ngeluh. (Senyum sambil nelen ludah)

-Idola dulu: (Juni 2014) duitnya ada tinggal mau kerja apa enggak. (Senyum nyengir)
-Pendukung: bocor...bocor...bocor... Yg penting kerja (ketawa terbahak2)
-Idola sekarang: (September 2014) bagaimana mau melaksanakan program kerakyatan ini, kalo dananya gak ada. Naekkan harga, cabut subsidi. (Muka 'sok' tegas)
-Pendukung: gpp naekkan harga dan cabut subsidi, emg pemerintah mau kerja pake duit siapa. Jadi rakyat kok mau dimanja terus, kita rela kok demi bapak. (Senyum meringis)

-Idola dulu: pidato di KAA (april 2015), 'Kita harus hentikan ketergantungan kepada Bank Dunia, IMF, dab ADB'. (Muka serius)
-Pendukung: nih liat 'idola' gua yg kalian bilang cuma planga-plongo, hebat gak. Mana ada pemimpin terdahulu berani ngomong kek bgini. (Busungkan dada)
-Idola sekarang: (september 2015) RI mendapat pinjaman sebesar USD 400juta dari ADB.
-Pendukung: halah, emg dari zaman pemimpin terdahulu pun begitu. (Sesek dada)

-Idola dulu: kita akan bangun kereta cepet Jakarta-Bandung, sehingga tidak akan macet lagi dan begitu kerugian ekonomi yg disebabkan oleh kemacetan dan jarak tempuh dapat dimaksimalkan. (Maret 2015)
-Pendukung: keren gak pemimpin kita ini, negara ini akan punya kereta tercepat di dunia. (Muka dongak ke atas)
-Idola sekarang: pembangunan kereta cepat JKT-BDG dgn kecepatan 350km/jam dianggap tidak layak, karena lebih cocok dgn kereta medium 200-250km/jam. Apalagi pembangunan dgn utang dan pakai APBN. (September 2015)
-Pendukung: buat apa juga pembangunan kereta cepat JKT-BDG yang jaraknya cuma 150km, mending kalo bangun JKT-SBY. Dan juga akan memakan banyak biaya pada APBN. (Muka ke 8 arah mata angin)

Dan masih banyak lagi logika-logika yang lucu....
‪#‎LogikaMacamApaIni‬

"Pemimpin tangan besi mematikan nyali.
Pemimpin yang dinabikan mematikan nalar." -AST-